Friday, June 21, 2013

My articles at www.andriewongso.com


To read complete articles, please click : www.andriewongso.com or rositalim.blogspot.com or get my book "The Server Leadership Story" at Gramedia bookstore.

Thanks.


Thursday, June 20, 2013

Comfort Zone

Life begins at the end of your comfort zone  - Neale Walsh

Entah sadar atau tidak, kebanyakan dari orang sangat tidak ingin meninggalkan zona nyaman mereka. Dengan berbagai alasan tentunya … Saya lebih banyak menemukan orang yang tidak berani melangkah keluar dari zona nyaman tersebut. 
Saya sudah nyaman dan menikmati pekerjaan saya, kenapa harus pindah ? Saya takut nanti kalau pindah atau ganti pekerjaan baru, saya malah gagal. Diluar sana banyak saingan, mendingan saya cari aman saja deh.  Masa sih saya di zona nyaman, sepertinya tidak, saya disini mah kerjanya tidak enak, menderita dan lain-lain ( tetapi masih diteruskan dan tidak pernah mau melangkah keluar )… Dan masih banyak lagi alasan-alasan untuk melindungi diri dalam zona nyaman mereka.

Sebelum sekarang ini, saya juga pernah bekerja di perusahaan swasta. Dan saat saya merasa bahwa saya tidak cocok dengan perusahaan tersebut, saya mengajukan resign karena ada kesempatan yang lebih baik diluar and i'm going for it.Lalu berbicara dengan bagian HRD di perusahaan tersebut. Dan bagian HRD mengatakan bahwa ia belum pernah menemukan orang seperti saya, yang langsungaction, tidak seperti yang lain hanya mengeluh dan berkata ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik tetapi do nothing
Ia mengatakan bahwa banyak sekali orang-orang disini yang setiap hari lebih sering terdengar keluhan-keluhan terhadap pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, atasan mereka, dan lain sebagainya. Yang membuat saya bertanya-tanya adalah, koq tiap hari mengeluh? Koq tiap hari complain tanpa ada melakukan sesuatu ? Toh kalian masih bertahan di perusahaan itu, toh masih bekerja setiap harinya ? Apa enaknya sih kerja terus tapi complain dan keluhan yang menjadi teman ? Saat mereka curhat kepada saya tentang keluhan-keluhan mereka, saya hanya berkomentar seperti ini, “Kalau sudah tidak happy, resign saja, jadi tidak perlu mengeluh lagi”. Respon yang mereka berikan atas komentar saya adalah terkejut dan terdiam. Mereka mulai memutar keluhan menjadi alasan-alasan yang seolah mereka sudah ‘terikat’ dengan perusahaan tersebut.

Well, that’s your choice. Don't complain.


Tidak sedikit juga orang yang hanya berharap atau bermimpi, tanpa melakukan apapun. Berharap bisa memiliki kehidupan yang lebih baik, berharap bisa punya rumah, mobil dan lain sebagainya, tetapi tidak bergerak aktif untuk mencari kesempatan untuk mewujudkan impiannya. Itu sama saja kita terus bermimpi dan tidak ingin bangun. Tidak semua orang mempunyai keberanian untuk meninggalkan comfort zonenya, oleh sebab itu kita melihat hanya beberapa orang hebat saja yang berada di puncak keberhasilan.

Dalam sebuah training, pembicara sekaligus teman saya mengakhiri trainingnya dengan mengatakan :”Keluarlah dari comfort zone anda, karena diluar comfort zone, ada KEBERHASILAN”.


Comfort zone is the greatest enemy to human potential.


Be the best. Be blessed.
Rosita Lim
Co- Author "The Server Leadership : Story"
Blog : rositalim.blogspot.com
Facebook : facebook.com/rositalimsuxi
Twitter : @rosita_lim.

Komunikasi tanpa K

Masalah atau kesulitan yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari adalah masalah komunikasi. Saat ini, banyak sekali orang-orang yang menganggap remeh tentang komunikasi. Sebelum Blackberry Messenger dan WhatsApp seheboh sekarang, sarana komunikasi yang pernah menjadi favorit banyak orang waktu itu adalah SMS (Short Message Service),  lebih hemat dan lebih praktis. “Kan semuanya punya handphone, tinggal SMS, kirim, beres,” begitulah kira-kira tanggapan yang sering saya dengar.

Tetapi, karena hal itulah, sadar atau tidak, akhirnya komunikasi di antara kita pun tidak berjalan dengan baik. Ada yang tidak membalas SMS, tidak menanggapi SMS, membalas SMS terlalu singkat, terlalu banyak kata-kata yang disingkat dalam SMS, dan tanda baca yang kurang tepat dalam SMS, informasi penting akhirnya tidak tersampaikan karena tidak jelas, dan lain sebagainya.

Pengirim SMS mengetik dan mengirimkan sebuah pesan dengan nada baik, sabar dan gembira, bisa saja menjadi berbeda saat sampai kepada penerima. Sebenarnya, komunikasi via SMS kerap kali disebut bukan sarana komunikasi yang baik. Berapa banyak orang yang akhirnya salah paham hanya karena SMS?



Bukan hanya komunikasi via handphone, tetapi komunikasi yang bertemu muka langsung. Saya ingat seorang Imam bercerita tentang sebuah  keluarga yang terlihat tidak harmonis. Setiap kali Ayah berbicara, istri dan anaknya tidak menanggapi. Lho, apa yang terjadi? Ternyata Ayah berbicara dengan nada tinggi, membentak. Jelas saja istri dan anak tidak menanggapinya, malah menghindar untuk berinteraksi dengannya. Hasilnya, tidak ada keharmonisan dalam keluarga tersebut. Imam tersebut mengatakan, bahwa Ayah adalah seperti kunci utama dalam memberi. Sedangkan istri dan anak adalah pihak yang merespon. Jika komunikasi yang diberikan oleh Ayah hanya dengan bentakan dan nada tinggi, maka respon yang akan ia dapat adalah tidak ada. Istri dan anak menjauh. Tidak ada kasih.

Betul, komunikasi yang dijalankan oleh Ayah dalam contoh tersebut adalah komunikasi tanpa K. Kata komunikasi tanpa K tidak akan menjadi sebuah kata. Komunikasi tanpa K juga bisa berarti Komunikasi tanpa Kasih. Tanpa Kepercayaan, dan K lainnya yang bersifat positif.

Sudahkah kita berkomunikasi dengan baik?


Be the best. Be Blessed.

Rosita Lim
Co- Author "The Server Leadership : Story"
Blog : rositalim.blogspot.com
Facebook : facebook.com/rositalimsuxi
Twitter : @rosita_lim

Thursday, May 2, 2013

Happytude



La la la la la la Sing, a happy song La la la la la la Smurf the whole day long !

Begitulah lagu yang sering kita dengar dalam sebuah film berjudul “The Smurf”. Mahluk kecil dan imut berwarna biru yang selalu ceria dan bergembira dalam melakukan pekerjaan mereka. Dan dengan menyanyikan lagu tersebut mereka semakin bahagia. Yang disampaikan melalui film The Smurf sebenarnya sederhana. 
Menunjukkan bahwa kita, sering kali mengerjakan segala sesuatunya dengan tidak sepenuh hati. Misalnya saja, bekerja. Kita sering kali sembari mengerjakan tugas, tetapi sambil mengeluh. 
Dan akhirnya kita merasa lelah, lalu mood kita pun menjadi jelek. Hasilnya ? Pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik, bad mood, teman-teman menjadi malas untuk dekat dengan kita, keluarga takut melihat wajah kita yang cemberut, dan kita kesepian. 

Tetapi The Smurf, mereka berkebun dengan hati yang riang, bernyanyi lagu bahagia, hasilnya, kebun mereka indah dan penuh bunga, hati mereka pun ikut riang, ceria, dan bahagia, teman-teman menjadi senang berada dekat dan ikut merasakan keceriaan dan kebahagiaan.

Kebahagiaan itu tidak ditentukan dan tidak tergantung oleh kondisi atau situasi eksternal anda.  Pilihan ada di tangan anda. Menjadi orang yang tidak bahagia, silakan mengeluhlah akan segala sesuatunya, dari sarapan anda, kemacetan jalanan, pekerjaan anda yang banyak, cuaca yang berubah-ubah dan lain sebagainya. Maka, anda telah menjadi orang yang tidak bahagia. 

Menjadi orang yang bahagia, tetapkanlah peraturan yang sederhana dalam hidupmu. Sehingga anda mudah merasakan bahagia, jangan mempersulit aturan untuk mencapai kebahagiaan. Karena kebahagiaan yang bisa anda rasakan bukanlah karena situasi yang terjadi diluar sana. Tetapi, dalam hati anda. 

Happy is Attitude. It’s Happytude. 


Each person has his own rules to happiness. We set them up. We choose them. We design them. We craft them. And we write them in our hearts. - Anthony Robbins

Be Blessed.
@rosita_lim

Tuesday, April 9, 2013

Pilih Handphone atau ?






Saat saya melihat iklan tersebut di atas, skenario yang ditampilkan sangat menggelitik pikiran saya. Saya merasa iklan tersebut sangat menggambarkan situasi yang terjadi saat ini. Betapa sering kita melihat sebuah keluarga yang sedang makan bersama di sebuah restoran tetapi tidak berbicara satu sama lain, melainkan sibuk dengan gadget masing-masing. 

Betapa sering kita juga melihat sebuah keluarga yang tinggal dalam satu rumah, tetapi tidak berkomunikasi dengan baik. Semua seolah terhipnotis oleh gadget. "Papa buru-buru nih, nanti message aja", jawab seorang Ayah terhadap anaknya yang ingin bercerita tentang kegiatannya disekolah. 

Iklan tersebut di atas juga menceritakan tentang pertanyaan polos sang anak terhadap Ayahnya. Kondisinya mereka berdua duduk dalam satu ruangan bersama. Tetapi terlihat Ayahnya lebih seru dengan handphonenya. 
Sang Ayah menjawab pertanyaan anaknya dengan memperlihatkan bahwa ia lebih memilih handphone daripada biskuit yang ditawarkan anaknya itu. 
Hingga anaknya membandingkan biskuitnya dengan handphone Ayahnya, lalu Ayahnya mengalah dan ikut menikmati biskuitnya bersama sang anak.

Hey, poin nya bukan di biskuit. Tetapi quality time. Waktu kebersamaan yang ingin saya tekankan. Bukankah sangat disayangkan, jika kondisinya Ayah dan anak duduk bersamaan di ruang tamu tetapi Ayahnya tidak memperdulikan anaknya, malah sibuk dengan handphonenya. Waktunya terbuang sia-sia. 

Gadget memang sedang mem-boom-ing saat ini. Anak kecil hingga dewasa hampir semua memilikinya. Dan mereka membawanya kemana pun mereka pergi. Banyak pula yang panik dan menjadi tidak nyaman jika ketinggalan gadgetnya. Seolah ia bernafas hanya dari gadgetnya.

Wajar bila ada yang mengatakan, "handphone ini, mendekatkan kita dengan yg jauh, tp menjauhkan kita dengan yg dekat". 
Ya, kebanyakan itulah yang terjadi. Yang berada dekat, komunikasinya menjadi berkurang, sangat berkurang. Hanya sebatas bbm, whatsapp, line, dan segala macamnya. 

Iklan yang simple ini memberikan saya inspirasi untuk menulis sedikit tentang komunikasi dalam keluarga, karena saya sudah sering mendengar dan melihat kondisi keluarga yang menjadi cuek dan tidak merasa 'terhipnotis' oleh gadget hingga komunikasi dan kebersamaan dengan keluarga berkurang, dan saya sangat menyayangkan hal itu. 

Semoga kita semua semakin menyadari bahwa gadget hanya sebuah alat untuk mempermudah kita untuk berkomunikasi, bukan alat untuk menjauhkan kita dengan keluarga, teman, dan kerabat. 

Dan semoga kita semua lebih bisa menempatkan diri, pintar2 menggunakan waktu, terlebih quality time bersama orang-orang terkasih. 

Be blessed.
@rosita_lim