Tuesday, September 28, 2010

Learn from this simple story ( REpost from FB )

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengadu pada
ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.

"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan
pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.
Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam."
"Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan
rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah
perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan
lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit
bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat
ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi! tanpa
disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama
makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya
semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan
berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi
mutiara ; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai
hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang
cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

Cerita ini adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan
adalah lorong transdensial untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang
luar biasa". Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan
dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transdensial tersebut, karena
mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan
sebenarnya yang bisa mereka masuki : menjadi ´kerang biasa´ yang disantap
orang, atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara´. Sayangnya, lebih
banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan
bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa
saja´.


Comments from my friends :

    • Mikael Rendy Ud baca sebelumnya,tapi tetep bgs..
      25 May 2009 at 15:07 ·
    • Rosita Lim SuXi yup ... ^^
      25 May 2009 at 15:24 ·
    • Betari Putri simple story and also good story
      25 May 2009 at 16:02 ·
    • Teddy Zhou cerita na sama dg batubata yg diukir, cerita bagus, yg pasti tantangan terberat dalam hidup ini adl melawan kejenuhan dlm diri kita, seringkali org mundur karena merasa jenuh/tidak ada tantangan lg padahal kejenuhan itu sendiri adl tantangan gbu ta
      26 May 2009 at 10:19 ·
    • Suan Nie ‎@teddy=> w s'tujuh bngt ama kata2 u!!
      Kejenuhan sering kali m'buat kita down!!! S'lalu b'pikir gmana harus m'hilangkan k'jenuhan...dngn cari k'senangan d'luar!!
      He2he...
      26 May 2009 at 10:28 ·

No comments:

Post a Comment